Terciptanya kehidupan berawal dari bertemunya dua komponen penting penyatu cinta kasih yang tumbuh dan berkembang sejalan dengan guguran detik-detik perjalanan yang teramat berat. Dimana setiap langkah kaki mengukir jejak-jejak berpetuah dan setiap bulir peluh membasahi asa-asa yang kehadirannya amat diimpikan di setiap riuh rendah gejolak raga. Hidup jua mengalami fase-fase pencarian jati diri yang tak ubahlah layaknya mencari sebuah jarum kecil di tumpukan jerami. Butuh kejelian yang amat untuk menemukan ‘tujuan utama’ itu. Ketika raga mulai lelah bergulat dengan fananya dunia dan terjerat oleh hingar-bingar kepuasan sesaat, jarum kecil itu kian jauh tersembunyi di antara jerami-jerami yang sekian lama hanya dipermainkan tanpa mengamati helai demi helai jatuhannya.
Tatkala secerca gemerlap mengisi gulita, seketika itu pula sepercik api bergesekan dan mulai membarakan merahnya. Asa yang semula gersang kian tersirami kembali. Langkah demi langkah tertempuh secara indah demi meraih ‘mimpi’. Hidup menjaring matahari lebih bermakna daripada hidup menggengam air. Seketika terpampang olehnya suatu kesimpulan bahwa tak ada yang bisa tercapai tanpa disisipi cucuran keringat dan helaan nafas berat. Tuhan tidak akan mengubah takdir umatnya apabila umatnya sendiri tidak berkehendak mengubah nasibnya ke arah yang lebih baik. (Kamis, 24 Februari 2011, Pukul 21.01 WIB)
0 komentar:
Posting Komentar